Anak_terbang

Anak_terbang itu nama yg akan menunjukkan bahwa sebagai manusia saya selalu terbang dalam pikiran (baca: berkelana) dan terbang jg berarti bahwa saya bebas merdeka dari golongan atau pun organisasi apa pun...Ini semua selalu tentang kekebasan semata tak ada ada yg lain

Minggu, 10 Januari 2010

Takdir dan Kupu-Kupu

Apa itu takdir yang menenun manusia dari lahir sampai mati, dari pagi sampai gelap malam? Serupa kutukan yang menyegel segala langkah juga segala ingin yang manusia miliki. Hingga lalu sebagai manusia hanya seakan bebas merdeka tapi sungguhnya terpasung erat tak bisa bergerak sekehendak semaunya. Memang satu kesialan bahwa pikiran dapat begitu bebas terbang melayang kanan kiri atas bawah juga bersalto akrobat segala gerakan. Tapi realnya raga ini hanya dapat mematung bagai robot tolol tak hidup, sebab sungguhya kehabisan tenaga pula tak lebih dari pajangan penghias juga pemanis semata biar kelihatan dunia ini hidup meriah penuh senda gurau canda. Itulah takdir itu!!!!
Seperti itulah yang terjadi pada kurawa, bahwa mereka kurawa sehingga terlahir sebagai penjahat dan hanya kejahatanlah yang mereka tahu atau serupa pandawa yang terlahir gilang gemilang sebagai pahlawan-pahlawan berjiwa putih bersih serupa putih kafan yang baru saja dicelup direndam dalam segentong Bayclin. Itulah gunanya takdir. Bahwa Yudas yang disebut Iskariot harus juga wajib hukumnya menjadi penjual Yesus demi sekantung uang tanpa punya guna lain selain sebagai penghianat. Bahwa esensinya Yudas Iskariot adalah penghianat hingga tak ada ayah yang mau menamai anaknya Yudas semata karena Yudas telah dinajiskan sejak dari permulaan dunia. Hingga sampailah pada peneguhan bahwa manusia benar tak ubahnya boneka-boneka tolol yang kaku bisu tuli tak berotak pula tak bernurani. Nyatalah sekarang dengan gamblang telanjang bugil segala jurang dalam juga gunung tinggi yang jadi pemisah manusia dari oknum yang sunyi senyap yang dipanggil Tuhan, Allah, Yahwe, Sang Hyang Widhi, Dewa-Dewi atau apalah namanya. Bahwa kita teramat jauh berbeda dari Dia. Bahwa sungguhnya kita bukan apa-apa buat dia hanya mainan pengisi waktu senggangnya. Dunia ini tak ubahnya panggung besar tempat pementasan drama yan teramat munafik memuakkan yang lalu setiap pemainnya diseret sana sini, dipaksa tertawa juga tersedu. Tempat dimana segala ekspresi juga emosi dicurahkan tumpah meluber bagai muntahan segerombolan anak TK yang baru saja menenggak tandas berbotol-botol Black Label. Perut dikocok, mata dicolok, hidung ditonjok, sekujur tubuh dipecut biar maksimal emosi dan aktingnya, hingga lalu si Oknum itu akan mengangguk-anggukkan kepala botaknya sambil berteriak “cut” lalu menepuk-nepuk bahu pemainya sambil berujar “ brilliant, kamu menjiwai sekali”.
Sekonyong yang ada hanyalah lelah juga penat yang amat sangat. Pernahkah itu merasuk lalu seakan cengkeramannya ingin meremukkan jiwa ringkih mu? Pernahkah kau begitu lelah dengan hidup dengan takdir lalu akhirnya dengan si Oknum itu ? Pernahkah kau begitu tergoda untuk mati ? Semata karena hidup mu tak bisa menjanjikan sesuatu yang kau ingin pula harap dengan segenap hati juga jiwa mu. Pernahkah kau merasa begitu benci yang amat hitam ? Hingga lalu benci itu hanya akan dapat dipupus dengan membunuh si Oknum itu lalu memutilasinya dan bila belum teramat mual akan anyir darah mungkin dapat juga memakan jantung-Nya. Tapi mungkin saja itu tak kalian rasakan semata karena kalian adalah orang-orang beraliran seputih kain kafan jadi tak mungkinlah kalian pernah berpikiran seperti di atas itu. Dengan patuh pasrah kalian akan mengurut dada menahan pilu tanpa marah semata karena marah pada sang Oknum itu dosa. Berjam-jam kalian akan berbicara pada Dia dalam doa pula mantra yang panjang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan lalu percaya bahwa keinginan juga keluh kesah kalian telah didengar dan akan terkabul. Seperti ada tertulis “berbahagialah yang tak melihat tapi percaya.”
Memang sungguh aneh hidup manusia. Aku dan kalian sama saja manusianya tapi entah kenapa seakan takdir menumbuhkan sayap kupu-kupu di pundak ku, sayap yang ringkih memang tapi toh dapat juga kupakai terbang melayang mencicipi kebebasan terbang serupa kupu-kupu. Walau memang terbang yang hanya sekejap mata, tapi kupikir karena sekejap itulah lalu jadi berarti berlipat-lipat. Aku manusia yang lalu mati sebagai kupu-kupu.

Yoja, 27 September 08
03:16 AM
Tjarles
Aku hanya ingin melawan takdir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar